Liriomyza sp: Pengorok daun berinang banyak

Lalat Pengorok Daun genus Liriomyza pernah menghebohkan Indonesia dengan serangan-serangan yang fatal pada tanaman sayuran di beberapa daerah, di antaranya Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra Utara, Bali, dan Lombok. Empat spesies Liriomyza ditemukan di Indonesia, yaitu L. huidobrensis, L. trifolii, L. katoi, dan L. yasumatsui.

Liriomyza termasuk serangga yang mudah beradaptasi terhadap cekaman lingkungan, misalnya suhu. Itulah sebabnya mereka mempunyai daerah ‘jajahan’ yang cukup luas. Ditambah dengan kisaran inang yang cukup luas, mereka segera berkembang menjadi hama serius pada beberapa tanaman penting. Strategi reproduksi bertipe-r diduga menjadi salah satu modal terbesar dari lalat pengorok ini untuk mudah berkembang dan beradaptasi di alam.

Siklus hidup. Telur lalat membutuhkan waktu sekitar tiga minggu untuk mencapai tahap imago. Telur yang berwarna putih keruh ditanam satu per satu pada epidermis atas atau bawah daun. Larva lalat yang tidak berkaki (apoda) akan muncul 2 – 4 hari kemudian, dan segera membor epidermis untuk masuk ke dalam daging daun. Setelah tiga hari, larva akan berubah menjadi pupa yang berbentuk tong, membulat panjang, dan berwarna coklat muda. Lalat mudah dikenali dari warna tubuhnya cerah, yaitu gabungan warna kuning, hitam, dan putih (lihat gambar).

Liriomyza trifolii (agraria.org)

Cara merusak. Nama ‘leafminer’ atau ‘pengorok daun’ berasal dari cara makan larva pada daging daun, di antara epidermis atas dan bawah daun. Tanda serangan larva lalat pengorok ini cukup khas, yaitu berupa ‘jalur’ korokan berbentuk guratan-guratan berwarna perak. Pada serangan berat, guratan tersebut hampir merata di helaian daun, yang berarti juga mengurangi sel-sel hijau daun. Akibatnya mudah ditebak, tanaman akan sulit tumbuh karena proses fotosintesis terganggu.

Liang korokan Liriomyza (blog.daum.net)

Pengaruh faktor abiotik. Seperti halnya serangga dan organisme pada umumnya, kehidupan lalat pengorok sangat dipengaruhi oleh faktor abiotik. Misalnya, pemupukan nitrogen yang berlebihan pada tanaman akan merangsang lalat pengorok untuk datang pada tanaman, menyerang, dan berkembang biak dengan lebih baik. Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa lalat pengorok ini menunjukkan gejala tahan (resisten) terhadap insektisida. Mereka diduga telah resisten terhadap insektisida golongan hidroklorin, organofosfat, karbamat, dan piretroid. Bahkan, insektisida bifentrin yang digunakan dalam jangka waktu yang cukup singkat sudah mampu memicu berkembangnya koloni lalat pengorok yang lebih tahan daripada tetuanya. Luar biasa!

Musuh alami. Musuh alami lalat pengorok cukup banyak. Misalnya, L. trifolii tercatat mempunyai musuh alami berupa parasitoid dari famili tawon Braconidae, Pteromalidae, dan Eulopidae. Di Indonesia, tercatat 19 jenis parasitoid berasosiasi dengan L. sativae dan enam jenis parasitoid berasosiasi dengan L. huidobrensis.

Larva Liriomyza di dalam lubang korokan (eppo.int)

Catatan: Versi komplit dapat Anda baca di majalah SERANGGA edisi bulan Mei 2011. Silakan tilik di halaman pemesanan untuk melakukan pemesanan edisi tersebut.

Leave a comment