Reflex bleeding & Phoresy

ENTOMOPEDIA

Reflex bleeding adalah fenomena menarik pada beberapa serangga, berupa pengeluaran hemolimpa dari lubang-lubang tertentu pada tubuhnya. Perilaku ini sebenarnya adalah reaksi bertahan serangga terhadap gangguan, misalnya dari pemangsa. Hemolimpa yang dikeluarkan ini bersifat alkaloid, beracun dan berasa sangat pahit.

Beberapa serangga yang diketahui melakukan reflex bleeding ini misalnya kumbang koksi, kumbang meloid, kepik punggung bungkuk (froghopper), dan kunang-kunang (firefly). Lalu, apakah reflex bleeding ini berfungsi optimal pada serangga yang memilikinya? Menurut penelitian, reflex bleeding ini mampu menurunkan tingkat pemangsaan dengan cukup nyata. Misalnya, hemolimpa yang dikeluarkan oleh Harmonia axyridis mampu menurunkan predasi oleh Coccinella septempunctata brucki hingga 60 persen.

Namun, pertanyaan lain muncul: Apakah reflex bleeding berpengaruh terhadap “kesehatan” dari si serangga yang mengeluarkannya? Ya! Individu kumbang koksi yang mengeluarkan hemolimpa ternyata mempunyai bobot tubuh yang cenderung lebih rendah, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata.

Reflex bleeding pada kumbang koksi. Perhatikan cairan kuning yang keluar dari lubang di antara toraks dan abdomen (http://royalsociety.org)

Phoresy adalah tindakan atau perilaku menumpang oleh satu organisme pada organisme yang lain, tanpa menimbulkan kerugian pada organisme yang ditumpangi. Istilah ini diperkenalkan oleh P. Leney pada tahun 1867. Banyak jenis organisme telah tercatat melakukan hal ini, terutama organisme yang tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk berpindah ke tempat lain, misalnya tidak memiliki sayap. Phoresy secara tidak langsung (tidak sengaja) juga menguntungkan organisme penumpang karena dapat menghemat energi yang seharusnya digunakan untuk berpindah. Phoresy dapat bersifat fakultatif (kadang-kadang atau tidak selalu tergantung pada-), atau obligat (tergantung sepenuhnya pada-).

Beberapa contoh artropoda yang melakukan phoresy adalah pseudoscorpion dan tungau yang menumpang pada beberapa jenis organisme, termasuk serangga. Gambar di bawah ini menggambarkan bagaimana si penumpang mendapatkan keuntungan dari serangga yang ditumpanginya. Pada beberapa kasus, phoresy ini mengganggu kinerja organisme yang ditumpanginya, terutama karena harus mengeluarkan energi ekstra untuk mengangkut di penumpang “gelap” ini. Hubungan ini cukup menarik untuk diteliti, terutama dalam hal keuntungan dan kerugian yang dialami oleh organisme yang ditumpangi.

Kumbang jamur, Antherophagus pallens (kanan) memulai perjalanan jauhnya dengan menambatkan diri pada tubuh lebah menuju sarang sang lebah untuk menemukan pakan favoritnya, kotoran lebah yang tersedia melimpah (http://whatsthatbug.com)

One thought on “Reflex bleeding & Phoresy

  1. Pingback: Harmonia axyridis: membantu atau mengganggu? « Majalah SERANGGA online

Leave a comment